Rabu, 16 Januari 2008

Jangan Bertanya…..

16/01/2008/19:54

Jangan bertanya mengapa di negeri yang katanya makmur ini

Masih ada seorang bapak yang tega meng”arak” mayat anaknya diatas sebuah gerobak…

Karena mahalnya harga sebuah tanah yang berukuran 2 x 1 meter di negeri ini…

Jangan bertanya mengapa di negeri yang katanya kaya ini

Masih ada seorang penjual gorengan yang bunuh diri karena tidak mampu menanggung beratnya tekanan ekonomi…

Karena tidak terkontrolnya harga kacang kedelai di pasaran…

Ya…

Jangan pernah bertanya…

Sebab dengan bertanya hanya akan menambah dalam luka mereka…

Sebab dengan bertanya hanya akan membuat air mata mereka semakin deras…

Cukup…

Cukuplah kita sebatas menonton dan menunjukkan air muka yang sedih…

Sebagai bentuk simpati kepada mereka…

Selasa, 08 Januari 2008

Bad Dream Called Nia

HSH, 05:24/26/12/07

Saat ini saya baru saja menyelesaikan membaca novel Perempuan, Rumah Kenangan milik M. Aan Mansyur. Novel setebal 185 halaman itu selesaikan dalam waktu kurang lebih 2 jam, niatnya untuk mengundang kantukku yang hilang entah kemana setengah jam sebelumnya.

2 jam kemudian rasa kantuk itu tak kunjung kembali, seperti malam-malam sebelumnya dia enggan menyatroniku. Entah sejak kapan penyakit yang menurut istilah kedokteran disebut dengan Insomnia ini mencoba akrab denganku. Tapi kalau tidak salah ingat, si Nia mencoba akrab denganku sekitar 6 tahun yang lalu. Tepatnya sejak saya menjadi mahasiswa.

Saya kadang cemburu dengan orang-orang yang sering disebut dengan “muka bantal” atau orang yang begitu merebahkan diri pada saat itu pula dia dapat terlelap dengan mudahnya. Entah telah berapa kali saya mengecewakan orang-orang bahkan diriku sendiri karena si Nia ini.

Beberapa minggu yang lalu, sekitar jam 11-an siang hpku bunyi (tidit tidit begitu bunyinya….). Ternyata itu pesan dari temanku. Dia mau datang kerumah, tentu saja saya iyakan. Setelah membalas sms itu saya kembali terlelap setelah semalaman saya menemani si Nia. Kira-kira pukul 2 siang saya terbangun dan mengecek hpku. Ternyata ada 2 pesan yang telah menunggu untuk dibaca. Setelah dibuka, pesan itu ternyata dari temanku. Isi sms yang pertama : “kak jesz adama didpn rmhta. Bukakan dulu pintue….”. Isi sms yang kedua : “jgnmi deh, nda jadiji. Pulangma saja, nda kita bukakan pintu rumahta….”

Ternyata temanku itu datang 15 menit setelah saya membalas pesannya. Perasaan bersalah dan jengkel langsung menghinggapiku. Tentu saja jengkel pada si Nia, yang telah memaks saya untuk menemaninya semalam suntuk!!!

Seperti kata tokoh Nenek dalam novel diatas kalau tamu itu harus dilayani dengan baik-baik, maka saya pun berusaha melayani si Nia sebaik mungkin walaupun dia menjengkelkan. Selain itu, saya juga tidak menemukan cara untuk mengusirnya baik itu secara halus maupun secara kasar.

Entah sampai kapan si Nia menjadi tamu yang setia tiap malamnya. Saya cuma mampu berharap dia dapat secepat mungkin untuk meninggalkanku sendiri di peraduanku dan berharap saya juga mendapat gelar “muka bantal”……..

Bisa!!!

HSH, 04:52/26/12/06

Dulu membaca dan menulis adalah kegiatan yang paling jarang saya lakukan. Menurutku itu adalah pekerjaan yang membosankan. Namun sejak ditinggal pergi seorang “teman dekat” saya jadi keranjingan membaca. Mungkin untuk mengusir rasa sepi atau mencoba untuk sedikit melupakan kenangan yang tersisa. Entahlah…..

Mungkin ada benarnya bahwa untuk bisa menulis kita harus sering-sering membaca. Ini saya buktikan, sejak keranjingan membaca, minat untuk menulis sesuatu pun mulai terlintas dibenakku. Dan pada akhirnya saya mencoba pekerjaan membosankan ini…..

Sebenarnya niat untuk menulis telah muncul beberapa bulan yang lalu, sejak seorang teman memintaku untuk membuat tulisan tentang sosok ayah. Namun jangankan menulis cerita, untuk membuat sebuah “Toegas Akhir Djaman” ( Istilah yang digunakan “soulmate”ku untuk menyebut skripsi) pun sampai sekarang belum terlaksana!

Boleh dibilang pada pagi buta ini adalah pengalaman pertamaku dalam menulis, jadi mohon dimaklumi kalo isinya agak kurang menarik. Niat menulisku makin menggebu-gebu setelah melihat “soulmate”ku yang sering menulis untuk blog-nya.

Akhirnya saya ingin berterima kasih pada “soulmate”ku yang telah memupuk hasrat menulisku. (kenapa jadi kayak kata pengantar skripsi….)

Ternyata menulis itu menyenangkan dan memuaskan. WOW….!!!!!